MUARA ENIM— Kecintaan Rahmawati pada tanaman jamur tiram tak diragukan lagi, hal ini wajar mengingat budidaya jamur yang sempat digelutinya pernah membawa keberhasilan baginya.
Bahkan saat berjayanya ia mampu menghasilkan 6 juta rupiah per 10 hari setiap panen. Pendapatan yang lumayan besar bagi seorang ibu rumah tangga
Alasan ini pula yang membuat warga Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim ini tetap optimis pada jalur usaha budidaya jamur tiram pasca mengalami masa-masa keterpurukan.
Berikut cerita Rahmawati yang kini kembali memulai dan merintis usaha budidaya jamur tiram.
Ibarat penggalan lirik lagu ‘Tak Bisa Ke Lain Hati’ cocok mengambarkan konsisten Rahmawati dibidang usaha. Meskipun terpaan cobaan dan ujian dalam kehidupan, dirinya tetap berupaya untuk bangkit menata kehidupan agar lebih baik.
Termasuk dibidang usaha, dengan keyakinan kuat usaha budidaya jamur tiram bisa memberikan manfaat besar pada kehidupan ekonomi keluarganya.
Menurut Rahmawati, Mengawali menjadi mitra binaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan mengolah pupuk bokasi, menjadi titik awal terbesit dipikiranya tertarik pada usaha budidaya jamur tiram.
Hal ini ditambah bekal ilmu yang didapat saat mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram yang diadakan Pemerintah Kecamatan Lawang Kidul bekerjasama dengan CSR PT Bukit Asam Tbk Tahun 2013 bertemakan “Teknologi Tepat Guna”.
Usai mengikuti pelatihan, ia langsung beraksi dengan mensurvei kebutuhan jamur di pasar dan menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan.
Dengan memberanikan diri mengajak teman-temannya di perumahan Bedeng Kresek Tanjung Enim, Lawang Kidul untuk membudidayakan jamur tiram, ia langsung bergerak memulai budidaya jamur tiram.
Siapa sangka, dengan bekal ilmu dari pelatihan dan modal patungan serta memanfaatkan lahan yang ada disekitar rumah, ia dan teman-temanya yang merupakan para tetangga bisa memanen jamur sebanyak 500 baglog (media tanam) hingga mencapai 3 ribu baglog.
Dari penanaman hingga penjualan memakan waktu lebih kurang 3-4 bulan setelah dipotong biaya air dan listrik bisa dapat Rp 6 juta per 10 hari panen.
Namun sayangnya kondisi ini hanya berlangsung sekitar 3 tahun saja, lantaran adanya relokasi warga Bedeng Kresek sehingga membuat usaha jamur tiram yang dimulai sejak 2013 hingga 2016 terhenti.
Sempat berhenti dari dunia jamur tiram selama 6 bulan, tahun 2017 ia membuka lagi usaha jamur tiram dengan modal sendiri dan bisa menerima omset mencapai Rp 8 juta per bulan. Namun hasil ini tidak bisa dibilang cukup, karena diputar kembali untuk memenuhi kebutuhan usaha jamur.
Hingga tahun 2019 mendapat bantuan modal dari Corporate Social Responsibility (CSR) PTBA sebesar Rp 35 juta dan bisa membuat 15 ribu baglog.
Semua orang pasti ingin berhasil demikian juga Rahmawati. Tapi apa daya, tidak semua keinginan maupun usaha berjalan mulus, sebab pada tahun 2019 garis hidup berkata lain, setelah panen pertama, Rahmawati diterpa cobaan lantaran sang putri kesayangannya jatuh sakit dan perlu mendapatan perawatan serius di rumah sakit Palembang, hingga tangan dinginnya tak punya waktu lagi menjaga dan mengawasi baglog-baglog jamur dengan maksimal.
Kondisi diperparah saat musibah itu datang, sang putri meninggal, situasi ini semakin membuat duka mendalam baginya dan membuatnya kehilangan semangat dan harapan hidup.
“Saat itu saya kehilangan harapan, jangankan mengurusi jamur, seperti rasanya mau mati saja,”,tutur Rahmawati mengenang.
Padahal saat itu sambungnya, hasil panen sedang banyak meskipun hasil tidak sempurna atau tidak sesuai standar jamur yang layak dijual di pasaran karena kurangnya perawatan dan pengawasan darinya, hingga pada akhir terhenti.
Semangat yang dulu ada membuat luntur seketika. Hari demi hari waktu pun berjalan, rumput mulai tumbuh di rumah kumbung jamur, semakin membuatnya lesu dan tidak bersemangat.
“Bisa dikatakan saat itu, saya berhenti total di usaha jamur. Kerja serabutan pun mulai dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlebih ditambah suami tidak bekerja dan mulai masuk masa pandemi Covid-19.
Rasanya sangat malu bila berjumpa dengan orang-orang CSR PTBA, karena masih ada angsuran yang belum lunas di PTBA,”ungkapnya lagi mengenang masa sulitnya
Namun jika mengingat keberhasilan dahulu saat budi daya jamur yang pernah dirasakan setelah masa inkubasi selama 40 hari bisa panen 3-4 kali sehari.
Dan hasil panen ini yang kemudian diolah menjadi berbagai macam kreasi makanan yang menggungah selera seperti sate, nugget, bakso, jamur cripsy, stik jamur, pangsit dan banyak lagi yang kemudian akan di distribusikan secara luas.
Goresan-goresan indah ini pernah menjadi percakapan bersama sang suami, apakah bisa terulang kembali.
Hingga akhirnya babak baru untuk kembali ke cinta pada pandangan pertama yaitu jamur tiram dirasakan akan segera bertemu. Hal ini dengan kedatangan Tim CSR ke lokasi kumbung jamur Rahmawati.
Benar saja, dengan penuh keluh kesah ia menyampaikan kepada Tim CSR PTBA apa yang terjadi hingga kumbung jamurnya saat itu penuh dengan rumput hingga menjadi semak belukar.
Melalui petunjuk dan bimbingan CSR PTBA, ia diarahkan membuat proposal bantuan untuk usaha jamur. Awal Januari 2021 diajukan proposal dan akhir Februari 2021 pencairan dana bantuan yang ke-2.
Syukur Alhamdulillah, mungkin dengan kepercayaan, akhirnya PTBA memberikan bantuan kembali untuk usaha jamur tiram melalui dana hibah sebesar Rp 15 juta.
Dengan tetap menjadi binaan Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) Jamur tetap bernama Kelompok Jamur Tiram “Bukit Mandiri” di Desa Keban Agung Kecamatan Lawang Kidul, akhirnya Rahmawati dan suaminya membuka kembali usaha jamur tiram kembali.
“Bantuan ini membuat usaha jamur tiram yang dikelola bersama suami menjadi bangkit dari keterpurukan, bulan Juni kemarin panen perdana sebanyak 5 ribu baglog,” ucapnya.
Ia sangat bersyukur bentuk tanggung jawab sosial dari Perusahaan untuk maju dan berkembang bersama lingkungan yang diberikan benar-benar bisa dirasakan.
Dan atas kepercayaan dari Perusahaan melalui pola mitra binaan PTBA, Rahmawati akan tetap mempertahankan dan terus meningkatkan kreasi produk olahan jamur dengan menambah banyak lagi varian-varian menarik dari jamur, sehingga tetap eksis dan memperluas pangsa pasar, tekadnya.

 

BACA JUGA  Sambut Kunker Perdana Kapolda Sumsel, Juarsah Perkenalkan Profil Singkat Kabupaten Muara Enim

#Rahmawati Budidaya Jamur Tanjung Enim #Mitra Binaan PTBA #Budidaya Jamur Tanjung Enim #Gelagat Tanjung Enim #Gelagat PTBA # Gelagat Jamur #CSR PTBA #Komunitas Budidaya Jamur

Artikulli paraprakKementerian Hukum dan HAM RI Membuka Pendaftaran CPNS Tahun 2021
Artikulli tjetërHUT Bhayangkara ke-75, Wabup Muba : Semoga Polres Muba Terus Jaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini