PALEMBANG – Guna mempercepat tercapainya Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP), upaya masif terus dilakukan oleh pemerintah daerah bekerjasama dengan para mitranya, yakni dengan memberikan bantuan berupa media tanam, bibit sayuran hingga benih ikan lele dan ikan nila yang diperuntukan bagai kalangan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang tersebar di 17 kabupaten/kota.
“Bibit sayur sudah kita sebar, mulai dari kangkung, bayam, lada, cabe. Untuk bantuan benih ikan lele juga sudah diberikan termasuk benih ikan nila ke Kabupaten/kota. Target kita di 2022 kita berharap 50 persen dari jumlah desa yang ada di Sumatera Selatan ini bisa kita sentuh,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel Ir. Ruzuan Efendi, M.M, Plt, Senin (14/2) siang.
Kendati, bibit sudah di sampaikan ke seluruh kabupaten/kota, lanjut Ruzuan, pihaknya tetap akan memberikan bantuan jika masih masih kekurangan dilapangan.
“Itu namanya gerakan, kan begerak semuanya tidak harus di komandoi, kabupaten/kota juga harus harus aktif, makanya kita ajak semuanya ayo ini bukan tanggung jawab Pemerintah provinsi saja, ini tanggung jawab kita semua,” ungkapnya.
Menurut Ruzuan, banyak cara yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten/kota baik itu melalui CSR maupun menggunakan program yang dianggarkan oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Mulai dari CSR di Kabupaten/kota mereka masing-masing atau kah mereka menganggarkan silakan saja, sehingga apa yang direncana kan oleh Gubernur Sumatera Selatan berhasil,” tuturnya.
Lebih jauh Ruzuan mengatakan, Sampai dengan minggu terakhir kemarin, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel telah mengadakan monitoring ditingkatan kabupaten/kota, 17 kabupaten/kota sudah tersebar.
“Kita juga masih menunggu gerakan yang dilakukan di Kabupaten/kota, kalau emang ada kita berharap tahun ini akan lebih banyak lagi CSR untuk mendukung itu, baik dikelola provinsi maupun CSR dari kabupaten/kota,” imbuhnya.
Kedepan, Ruzuan menghimbau untuk penyuluh atau pendamping desa untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan dari desa binaanya.
“Merakalah sendiri yang mencari kan pasarnya, dalam arti penyuluh apabila nanti sudah over produk nanti bakal timbul kluster perputaran perekonomian apakah berupa market pasar atau nanti akan menjadi produk baru misalnya kita menanam bayam. Kebutuhan gizi sudah cukup, kebutuhan rumah tangga sudah cukup. Kita jual kepasar atau dibuatkan berupa produk turunanya dapat berupa keripik atau lainnya,” pungkasnya. ***